Departemen Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (Departeman KIA-Kespro PSKM FK ULM) menggelar webinar yang bertajuk “Pelayanan KIA-KB & Kesehatan Reproduksi Era New Normal” pada Selasa, 14 Juli 2020. Webinar ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian webinar series Program Studi Kesehatan Masyarakat sekaligus memperingati Dies Natalis ke-30 Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Tajuk yang diangkat pada webinar ini merujuk pada masalah yang kerap terjadi di Indonesia yaitu terbatasnya layanan Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana (KIA-KB) serta Kesehatan Reproduksi (Kespro) selama pandemi COVID-19. Pasalnya fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, dan bidan mandiri tidak menerima layanan jika tidak dalam kondisi darurat untuk mencegah penularan COVID-19. Sehingga keterbatasan layanan tersebut dapat meningkatkan kejadian Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) maupun peningkatan kematian ibu dan anak.
Panitia Pelaksana Webinar, Fakhriyah, menyampaikan bahwa peserta yang telah mendaftar dalam webinar ini sebanyak 1.151 orang yang terdiri atas mahasiswa, alumni, organisasi profesi Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) serta peserta umum. Webinar ini juga diikuti oleh Rektor ULM serta Dekan FK ULM. Dalam pelaksanaannya, sekitar 80 orang mengikuti webinar ini melaui google meet dan selebihnya melalui live streaming youtube.
Pembicara pertama dalam webinar ini, Humanitarian Programme Analyst yang berasal dari United Nations Fund For Population Activities (UNFPA) Indonesia, Elisabeth Sidabutar, memaparkan dampak COVID-19 terhadap layanan kesehatan reproduksi di Asia Pasifik berupa meningkatnya kehamilan yang tidak diinginkan karena keterbatasan layanan KB mulai terganggu, serta meningkatnya kematian dan kesakitan ibu karena sistem kesehatan yang berfokus pada layanan dan penanganan COVID-19. Selain itu ia juga memaparkan dampak COVID-19 terhadap layanan kesehatan reproduksi di Indonesia bahwa terjadi penurunan cakupan layanan kesehatan ibu dan layanan KB dimana 600 bidan praktek mandiri tidak beroperasi, sementara diperkirakan 5,4 juta ibu hamil dalam setahun akan memerlukan layanan ANC, INC, dan PNC serta 30 juta pasangan memerlukan layanan kontrasepsi modern.
Dalam paparannya strategi yang dilakukan oleh Indonesia mengenai kesehatan reproduksi adalah dengan menerapkannya pelayanan kespro pada situasi bencana/krisis yaitu Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi. Karena penyebaran COVID-19 ditetapkan sebagai bencana nasional berdasarkan Keputusan Presiden No.12 Tahun 2020. Adapun layanan esensial dalam PPAM Kespro ini meliputi aktifasi koordinasi kespro, pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan penyakit menular seksual dan HIV, pelibatan remaja dan orang muda, pencegahan peningkatan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal serta pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan-layanan KB.
PPAM Kespro bisa berjalan dengan adanya kesiapsiagaan dukungan kebijakan pemerintah mengenai pedoman operasional PPAM, pedoman logistik PPAM, pedoman PPAM remaja, penguatan kapasitas sub-klaster kespro, integrasi PPAM kedalam bahan ajar kebidanan, kepemimpinan dan komitmen koordinator sub-klaster kespro, penguatan sub-klaster perlindungan perempuan dari kekerasan berbasis gender, serta komitmen koordinator sub-klaster PP KBG.
Selanjutnya pembicara kedua pada webinar ini Kepala BKKBN Pusat, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menjelaskan urgensi pelayanan KB dalam situasi pandemi COVID-19 dan optimalisasinya di era new normal ini. Ia memaparkan bahwa permasalahan yang didapat akibat COVID-19 ini adalah terhambatnya pelayanan KB dan pemakaian KB yang putus pakai karena layanan kontrasepsi yang tidak bisa diakses. Dampak yang sangat terasa dari hal tersebut adalah penurunan angka pelayanan KB serta kehamilan yang terjadi pada 15-20% dari 2,5 juta pengguna KB. Dalam menanggulangi hal tersebut BKKBN Pusat menggalakan kampanye “Tunda Kehamilan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)” serta perlunya kerjasama dengan bidan-bidan.
Pada sesi diskusi peserta menanyakan pertanyaan menarik mengenai tantangan ‘baby boom’. Menanggapi hal tersebut beliau menjelaskan bahwa pemerintah melakukan pelayanan sejuta akseptor yang bekerja sama dengan TNI serta Polri. Ada pula yang menanyakan terkait alat kontrasepsi yang baik bagi ibu hamil di masa pandemi, yang kemudian dijawab dengan kontrasepsi yang tidak mengurangi ASI seperti pil dan susuk serta tidak mengandung hormon seperti IUD. Dan terakhir peserta menanyakan terkait ketersediaan APD yang kurang pada pelayanan Puskesmas, dan dengan sigap beliau menjelaskan bahwa tidak ada istilah kekurangan APD, sebab APD sangat penting untuk keselamatan tenaga kesehatan maupun pasien, sehingga pimpinan Puskesmas harus lebih proaktif dalam memenuhi kebutuhan APD.
Kemudian pembicara ketiga, dari Asosisasi Kesehatan Remaja Indonesia, Loveria Sekarrini, SKM, MKM, mengatakan bahwa pentingnya keterlibatan remaja dalam mendukung program-program dalam penanganan COVID-19. Pasalnya remaja merupakan individu yang semangat, kreatif, dinamis, inovatif, serta fleksibel yang tidak hanya sebagai sasaran suatu program namun dapat menjadi inisiator dalam suatu program. Hal ini ditunjukan dari besarnya pendaftar relawan COVID-19 berusia 18-30 tahun yang sebagian termasuk kategori remaja. Dengan besarnya antusias remaja dalam ikut membantu penanganan COVID-19, maka mereka dapat membantu menyusun program, mengidentifkasi pesan kunci dalam komunikasi, serta mempromosikan dan mempublikasikan program sesuai dengan kebutuhan remaja. Ia juga merekomendasikan remaja untuk membangun jejaring untuk menyebarkan informasi yang inklusif mengenai COVID-19 di era new normal ini.
Pembicara terakhir dari webinar ini adalah Kepala Departemen KIA & Kespro PSKM FK ULM yang juga sebagai ketua pelaksana webinar ini, Andini Octaviana Putri, menjelaskan mengenai pencegahan pemasalahan kesehatan tumbuh kembang anak pada era new normal. Ia memaparkan dampak COVID-19 terhadap tumbuh kembang anak seperti pendapatan keluarga yang berkurang sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Kemudian pendidikan anak yang awalnya di sekolah berubah menjadi di rumah yang menimbulkan dampak positif seperti pola asuh ibu bekerja dari pengasuh kembali ke ibu. Sehingga pencegahan permasalahan tumbuh kembang anak dimasa pandemi dilakukan secara mandiri oleh ibu, melalui pengukuran dan penimbangan mandiri, serta stimulasi-stimulasi perkembangan anak sesuai usia anak yang meliputi gembira bermain bersama ayah dan ibu. Selain itu tetap dilaksanakannya posyandu dan imunisasi yang sesuai dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI dengan bantuan aplikasi Primaku yaitu aplikasi pemantauan tumbuh kembang anak. Pada sesi diskusi dipaparkan juga mengenai imunisasi anak yang tertinggal dan pemenuhan nutrisi anak dimasa pandemi.
Pada sesi terakhir dilakukan permainan untuk menyegarkan ingatan dan pemahaman peserta mengenai materi-materi yang telah disampaikan. Permainan menggunakan aplikasi games Kahoot dimana terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan dan terlihat skor peserta setelah permainan ini berakhir. Permainan ini juga sebagai evaluasi kegiatan webinar yang telah dilaksanakan.